TERBARU

Komunis Rasa Islam?

Bendera Partai Komunis Yordania [wikipedia]

Judulnya memang provokatif. Tapi, itulah esensinya.

PKI, yang diidentikan dengan komunis, disebut internasionalis karena dianggap kepanjangan tangan Partai Komunis Uni Soviet dan Partai Komunis China.

Demikian pula halnya dengan beberapa partai atau organisasi Islam. Ini tak semata-mata karena Islam, sebagaimana agama lainnya, memiliki sifat universal.Tapi, dalam hal partai dan organisasi Islam itu, tak ubahnya kepanjangan atau malah copy paste organisasi atau partai Islam internasional -- seperti Hizbut Tahrir atau Ikhwanul Muslimin. Walau, seperti halnya PKI, partai internasional yang tak lebih dari salah satu faksinya.

Cita-cita gerakan komunis adalah terciptanya apa yang disebut sebagai keadilan distributif. Sementara itu, ada partai Islam yang juga mendambakan hal serupa. Bedanya, keadilan distributif ala PKI berbasis sosialisme, keadilan distributif yang diinginkan partai Islam itu ya berdasarkan “Islamisme” -- ala Islam .

Untuk meraih cita-citanya, selain berpolemik di media tentang berbagai hal, yang sangat mungkin bagi sebagian orang hal tersebut tak perlu dipermasalahkan alias hanya cecek bocek, PKI konon gemar sekali mengerahkan massa. Baik yang semata demonstrasi maupun yang kejeblos menjadi teror dan persekusi. Dan, kita lihat: Bagaimana sejumlah faksi Islam di negeri ini gemar melakukan hal serupa. Baik berupa penggerebegan tempat maksiat maupun demonstrasi yang nyata-nyata politik – walau tetap dengan memakai baju agama. Aktivitas sejenis di media sosial jangan ditanya lagi bejibunnya.

PKI, konon, kerap memaksakan kehendaknya. Sementara, sudah jelas, negeri ini tak hanya dihuni manusia-manusia yang berpikiran sama dengan mereka.

Dan itu pula yang dilakukan “partai Islam”. Dengan klaim sebagai mayoritas, pribumi, bahkan sejarah, mereka ingin memaksakan agar semuanya berpikir dan berprilaku sama seperti mereka. Ingin menyamaratakan masyarakat Indonesia dengan paham yang mereka anut. “Dan ini sama halnya dengan PKI,” ujar seorang professor hukum yang mengalami masa kejayaan PKI, beberapa tahun lalu.

Kesantunan dalam bermasyarakat dan berpolitik, akhlak yang menjadi bagian penting dalam ber-Islam, terlebih secara kaffah, jauh dari citra PKI. Mereka digambarkan sebagai sosok-sosok yang garang dan pemberang. Seakan tak memiliki empati terhadap manusia lain, terutama kepada manusia dari kelas lain, yang tak sepikir sehaluan dengan mereka.

Dan lihatlah: Bukankah citra dan prilaku seperti ini yang muncul dari sejumlah kalangan muslim akhir-akhir ini? Di luar terorisme, kaum muslim dicitrakan sebagai umat pemberang -- paling tidak nyinyir dan cerewet. Tak hanya Dasar Negara, yang sudah dianggap final, soal logo bank sentral pada uang kertas pun tak lepas dari “pengamatan” mereka.

Ketika ada pihak yang mencoba mengkoreksi pemahaman tersebut, sontak mereka menyebut pihak tadi sebagai "Anti Islam", "Syiah", "Liberal", “Jongos Yahudi”, “Asing-Aseng”, dan sebutan lainnya yang sifatnya labeling dan merendahkan. Dan itu kerap dilontarkan dengan nada tinggi. Tak beda dengan PKI yang konon kerap menyerang lawan-lawannya dengan sebutan "Kapitalis", "Setan Desa", “Antek Imperialis”, dan seterusnya.
Dengan contoh-contoh tadi, judul tulisan ini tak berlebihan. Ada Komunis rasa Islam. Atau, setidaknya, Islam rasa Komunis. Dan apa yang saya paparkan tersebut pun tak sulit untuk menelusuri kasus-kasusnya secara detail.
Dan yang penting: Apa sebenarnya yang kita lawan? PKI? Komunisme? Atau cara dan sifat-sifat yang dinisbahkan kepada mereka, yang bisa menerpa atau dilakukan siapa saja? Bahkan, pada partai atau golongan yang mendaku Islam sekalipun.
Ujung-ujungnya, sebagaimana biasa, saya jadi sok tahu. Dengan berkesimpulan: Jangan-jangan, kita sebenarnya tak benar-benar mengenal apa itu Islam. Dan itu sama butanya dengan apa sebenarnya PKI dan Komunisme. Kita masih dalam tahap “katanya”.
Tak hanya mengenai PKI dan Komunisme. Bahkan, terutama, dalam beragama. Dalam ber-Islam.
Wallohualam.

Johar Baru, 5 Desember 2017

No comments