TERBARU

Panen Perdana KUD Mulus Rahayu

Bupati Siak, Drs. H. Syamsuar M.Si menyungkil kelapa sawit menandai panen perdana KUD Mulus Rahayu, Siak, Desember 2018. [via riaukini]
Para petani kelapa sawit yang tergabung dalam KUD Mulus Rahayu, Siak, Provinsi Riau, melakukan panen perdana kebun kelapa sawit rakyat, Selasa, 4 Desember 2018. Acara panen perdana tersebut dihadiri Bupati Siak, Drs. H. Syamsuar M.Si., bersama petani plasma dan didampingi oleh jajaran Muspida Provinsi Riau dan Kabupaten Siak, serta Head of Plantation Asian Agri, Omri Samosir dan Regional Head Asian Agri wilayah Riau, Pengarapen Gurusinga.
Sejalan dengan program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) yang digiatkan Pemerintah Indonesia, 135 petani plasma kelapa sawit menandai kesiapan panen kebun mereka seluas 310 hektar yang telah diremajakan sejak April 2016 lalu.
Sebagai bentuk dukungan berkelanjutan yang diberikan  Pemerintah setempat kepada para petani kelapa sawit, H. Syamsuar dalam sambutannya menyampaikan apresiasi kepada para petani atas tekad dan kerja keras para petani untuk meremajakan kebun sawitnya agar memperoleh produktivitas yang lebih baik.
H. Syamsuar juga mendorong para petani lain yang kebun sawitnya sudah tidak produktif untuk mempertimbangkan dan tidak ragu melakukan peremajaan kebun sawit.
Ketua KUD Mulus Rahayu, Pawito Saring, menyampaikan syukur atas keberhasilan koperasi petani yang dipimpinnya melewati masa peremajaan. Ia tak lupa mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah termasuk Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Bank Syariah Mandiri selaku pihak perbankan, serta Asian Agri sebagai perusahaan mitra yang telah mendukung pelaksanaan peremajaan sawit.
Kemitraan dengan perusahaan, menurut Pawito, mampu menjawab kekhawatirannya pada saat dirinya akan memutuskan untuk melakukan program peremajaan sawit rakyat. “Salah satu kekhawatiran saya adalah ketika harus menghadapi masa tunggu, dimana pendapatan berkurang karena tanaman belum menghasilkan. Untungnya dalam masa persiapan hingga proses peremajaan, kami mendapatkan pelatihan ekonomi alternatif seperti salah satunya yang kami usahakan adalah ternak ikan patin, sehingga penghasilan kami tetap terjaga hingga saat ini,” ujar Pawito.
Lebih lanjut, kata Pawito, pihaknya berharap keberhasilan dalam melakukan peremajaan kebun ini dapat menjadi inspirasi bagi petani lain yang masih ragu meremajakan kebun sawitnya yang sudah tidak produktif.
KUD Mulus Rahayu merupakan koperasi petani kelapa sawit mitra Asian Agri yang telah menjalin program kemitraan dengan perusahaan sejak tahun 1988. Dalam meremajakan kebunnya, para petani KUD Mulus Rahayu menanam bibit unggul Topaz yang berpotensi meningkatkan produktivitas secara signifikan dibandingkan dengan bibit sawit pada umumnya. 

Penggunaan bibit unggul dalam peremajaan kebun sawit merupakan hal yang penting untuk menentukan keberhasilan program. Head of Plantation Asian Agri Omri Samosir menyampaikan, kerja sama serta hubungan harmonis yang terus dibina perusahaan dengan petani merupakan kunci keberhasilan dari program peremajaan. 
"Kemitraan Asian Agri bersama petani plasma telah berlangsung selama lebih dari 30 tahun, dan program peremajaan kebun kelapa sawit ini merupakan komitmen yang akan berlanjut ke tahap berikutnya, untuk satu siklus penanaman," kata Omri. "Dan hari ini para petani mitra kami sudah dapat menikmati hasil dari komitmen  mereka dalam program peremajaan. Kami tentunya berharap kemitraan yang telah terbina dengan baik ini akan terus terjalin dan kami dapat terus mendorong kesejahteraan petani-petani lainnya di Indonesia," sambung dia.
Asian Agri merupakan salah satu perusahaan swasta nasional terkemuka yang memproduksi minyak  sawit mentah (CPO) sejak tahun 1979. Hingga kini mereka mengelola 100.000 hektar kebun kelapa sawit dan mempekerjakan 25.000 orang. Dan sebagai perintis Perkebunan Inti Rakyat Transmigrasi (PIR-Trans), perusahaan ini telah  bermitra dengan 30.000 petani plasma dan swadaya di Riau, Jambi, dan Sumatera Utara. Luas kebun sawit yang mereka kelola mencapai 96.000 hektar. Sehingga, total luas perkebunan kelapa sawit yang terkait Asian Agri mencapai 196.000 hektar.
Perusahaan ini mengklaim terus berkomitmen untuk menjangkau lebih banyak petani melalui program kemitraan untuk meningkatkan  kesejahteraan keluarga petani dan mendukung pengelolaan kelapa sawit berkelanjutan di Indonesia. Salah satu metode yang mereka terapkan adalah kebijakan tanpa bakar dan praktik pengelolaan kebun secara berkelanjutan, demi  meningkatkan produktifitas, hasil panen, kemamputelusuran rantai pasok, sekaligus mendukung mereka memperoleh sertifikasi. Asian Agri juga mengklaim menerapkan teknologi terbaik dalam memanfaatkan energi  hijau yang dihasilkan secara mandiri, dalam rangka meminimalisasi emisi gas rumah kaca. 
Lebih dari 86% dari perkebunan inti Asian Agri di Provinsi Sumatra Utara, Riau & Jambi serta 100% perkebunan petani plasma di Provinsi Riau & Jambi telah bersertifikat RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil). Pada saat yang sama, ISCC (International Sustainability & Carbon Certification) telah dicapai oleh seluruh kebun baik yang  dimiliki oleh Asian Agri maupun petani binaannya. Lebih dari 91% perkebunan dan pabrik kelapa sawit Asian Agri telah mendapatkan sertifikat ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil).

Pihak perusahaan menyebutkan, keberhasilan Asian Agri menjadi salah satu perusahaan terkemuka CPO telah diakui secara internasional dengan sertifikasi ISO 14001 untuk semua operasinya. Learning Institute di Pelalawan, Riau, serta pusat pembibitan di Kampar, Riau, juga telah bersertifikat ISO 9001. Selain itu, pusat penelitian dan pengembangan Asian Agri di Tebing Tinggi juga telah memperoleh sertifikasi oleh International Plant - Analytical Exchange di lab WEPAL di Wageningen  University di Belanda, untuk standar yang tinggi.
Wahyuning Muliadi & Yusuf Melayu

No comments