TERBARU

Perempuan Batak di Belantara Hukum Amerika

Marissa Hutabarat [facebook/marissaamandahutabarat]

"Suatu kehormatan bisa melayani New Orleans dalam banyak kapasitas seperti yang saya miliki. Sekarang, saya ingin melayani Anda, komunitas saya, dengan cara yang lebih besar. Saya berkomitmen untuk menegakkan standar tertinggi kewajaran, penghormatan, profesionalisme, dan integritas. Pada tanggal 4 April, tolong pilih saya, Marissa Hutabarat, dan izinkan saya untuk menjabat sebagai Hakim Pengadilan Kota Pertama Anda berikutnya."

Demikian kalimat pertama yang tertera di laman marissaforjudge.com. Ya, di Amerika, lazim seseorang berkampanye agar ia terpilih menjadi hakim. Tak ubahnya seorang politisi berkampanye agar terpilih sebagai walikota, anggota Senat atau Kongres.

Dan calon hakim itu adalah Marissa Amanda Hutabarat. Seorang perempuan keturunan Batak. Tak heran bila ia jadi perbincangan di media sosial. Sebuah kebanggaan tentunya bagi masyarakat Indonesia, khususnya orang Batak, bila kerabatnya eksis di negeri seberang seperti Amerika.

Marissa, memang layak mencalonkan diri sebagai hakim. Ia tak semata mengantongi dukungan dari Partai Demokrat. Tapi, memiliki setumpuk pengalaman dan ketrampilan di bidang hukum. Lulus dari Loyola University New Orleans College of Law, ia mengawali kariernya sebagai associate kantor pengacara Glago Williams, LLC. Spesialisasi kasusnya adalah litigasi sipil dalam personal injury, di antaranya kecelakaan mobil, malpraktik medis, dan perselisihan asuransi.

Kemudian, ia juga bekerja untuk Hakim Roland Belsome di Pengadilan Tinggi Negara Bagian Louisiana. Tugasnya saat itu melakukan penelitian, meringkas, menyusun bench memoranda, dan menguraikan perintah tentang hal-hal yang tertunda di depan hakim. Di sinilah ia mengasah ketrampilannya berargumen, membaca briefing banding, dan meninjau catatan pengadilan yang lebih rendah. 

Lalu ia pernah menjadi juru tulis untuk Hakim Edwin A. Lombard di pengadilan yang sama. Kali ini, ia mendapat tugas tambahan berupa menyusun pendapat serta menyiapkan memorandum hukum dari berbagai perintah pengadilan untuk kasus perdata dan pidana yang akan ditinjau. Kala itu, Marissa juga ditugaskan untuk berunding dengan hakim banding dan panitera untuk memberikan rekomendasi pada Hakim untuk memproses surat perintah pengawasan. 

Marissa juga pernah menjabat sebagai juru tulis hukum yudisial untuk Hakim Monique Barial di Pengadilan Distrik Sipil untuk Paroki Orleans dengan variasi tugas yang lebih kompleks lagi. Satu di antaranya, berkomunikasi dengan penasihat hukum dan atau pihak yang berperkara untuk menjawab pertanyaan tentang persyaratan prosedural. 

Selain memiliki pengalaman hukum yang luas, Marissa juga mengabdi dan memberi pelayanan pada masyarakat. Misalnya, ia pernah bertugas di Dewan Penyalahgunaan Alkohol dan Narkoba (CADA) untuk Greater New Orleans, yang misinya memberdayakan masyarakat untuk membangun masa depan aman dan sehat lewat layanan pencegahan, perawatan, dukungan pemulihan sampai menumbuhkan ketahanan dan kesejahteraan.

Dia juga aktif sebagai anggota Orchid Society, jaringan profesional perempuan muda yang berperan sebagai teladan bagi perempuan muda minoritas di wilayah metropolitan New Orleans lewat bimbingan, pelayanan, dan program penyadaran sosial. Selain itu, ia juga penasihat untuk The First 72+, sebuah organisasi yang memiliki visi penghentian siklus penahanan dengan memanfaatkan pendidikan, perumahan aman, pekerjaan stabil, dan keterlibatan masyarakat untuk keberlanjutan dan kemandirian.

Melihat semua itu, tak heran bila kubu Joe Biden memberikan dukungannya. Mereka sama bangganya dengan bangsa Indonesia melihat kinerja dan prestasi perempuan itu di belantara hukum Amerika.

No comments