TERBARU

Ustadz Dadakan Cap Hijrah

Hamdan Suhaemi, Ketua PW Rijalul Ansor Banten
Umat Islam di Indonesia dulu hingga sekarang menyebut orang yang mengajari al-Quran itu biasanya mamang, kakang atau yai itu jika ke laki-laki, dan bila ke perempuan biasa manggil guru ngajinya itu, bibi, teteh atau nyai. Bahkan ada imbuhan haji kalau sudah berangkat haji, seperti panggilan teh haji, bi haji, ibu haji, nyi haji. Kepada yang ngajarnya lelaki kang haji, mang haji, yai haji, abah haji. Sebutan familiar di kita, secara turun temurun. Ini yang disebut produk budaya. Sebutan itu budaya sedangkan intinya adalah mengajarkan baca al-Quran kepada anak-anak muslim.
Kenapa, mereka tidak disebut ustadz atau ustadzah, bukankah mereka jelas-jelas ajarkan al-Quran itu artinya ajarkan perihal agama kepada anak-anak. Sudah pantas tentunya disebut ustadz. Arti ustadz itu pengajar, sifatnya masih umum.
Bagaimana, ustadz dengan penceramah. Apakah keduanya beda? tidak setiap ustadz bisa ceramah, dan tidak harus ustadz meski tukang ceramah. Ustadz secara bahasa artinya memang pengajar, guru. Apapun yang diajarkan mereka pasti disebut ustadz. Panggilan ustadz lazim kita dengar di pondok-pondok modern yang menunjukan bahwa yang membimbing dan mengajar santri disebut ustadz, kalaupun secara spesifik tidak pada keahlian bidang ilmu agamanya. Ya sah-sah saja, biar sedikit pengetahuan ilmu agama mereka disebut ustadz, karena ustadz dimaknai pengajar.
Penceramah atau mubaligh tidak harus alim, atau 'allamah, orang tak paham ilmu agama pun tetap disebut penceramah jika bicara di depan banyak orang. Tujuan pencermah agar bicaranya didengar banyak orang. Agar anjuran ke yang positif bisa diikuti, atau agar ajaran agama bisa diamalkan.
Yang jadi masalah apa?
Orang yang tampil menceramahi orang lain atau menyampaikan ajaran agama ke orang lain, dan juga berucap nasihat (al-Mauidhoh al-hasanah) tidak bisa dikategorikan selalu alim, karenanya isi ceramah adalah:

" تامرون بالمعروف و تنهون عن المنكر "
dan selalu menyerukan untuk bertaqwa, menyerukan taubat.
Sejak musim hijrah, yakni potret Islam yang sedikit ekslusif. menjadi trending ketika muslim elit, muslim artis banyak yang tengah berubah (hijrah), hijrah yang dimaksud mungkin secara fisik dengan paham bahwa hijrah berarti poligami, hijrah berari berjenggot panjang, berjidat hitam dan celana dicingkrangin. Itu hijrah yang keliru atau salah.
Hijrah, itu proses perilaku, dari kata salah agar bisa benar, dari kemaksiatan agar bisa hijrah kesalehan. dari merasa banyak dosa hingga perlu tobat. Hijrah, dari awam sehingga tahu, dari kesegsaraan agar menjadi bahagia.
Ustadz dadakan memang secara basis tidak kuat akarnya pada ilmu Islam, ia dimunculkan agar berada di halaman depan Indonesia itu untuk bisa mengecoh umat.
Kalimat akhir, jika belum cukup ilmu agama jangan lantas sok tahu tentang ajaran Islam. seringnya ada penceramah yang ngustadz ini mengutip ayat al-Quran tapi salah, sudahlah salah tapi berani menta'wil ayat Quran. Padahal fatal akibatnya jika pada ayat quran satu huruf saja dirubah-rubah dan diganti.
زيادة المبني تدل على زيادة المعنى
Ketahuilah, bahwa rubah satu huruf, kurang atau lebih itu berarti maknanya akan berbeda.
اعلم للحروف اسرار كثير لا يدركه الا من اصطفى الله من عباده
Pada setiap huruf-huruf dalam ayat al-Quran mengandung asror (rahasia-rahasia) yang banyak, hingga tidak mampu ditemukan kecuali Allah Swt memilih hambanya.
Tegasnya, bagi penceramah cap hijrah ini harusnya cepat sadar, bahwa umat tersesat oleh karena kebahlulan ente, dan angtum ini.
Serang 7 Juli 2020

Sumber: https://www.facebook.com/hamdan.suhaemi/posts/323119058697794

No comments