Komunitas Tionghoa Hadapi Krisis Penulis Sastra
Ketua Perhimpunan Penulis Tionghoa, Jeanne Laksana (kiri) bersama penulis sastra Tionghoa yang juga seniman dan dosen ITB, Tjutju Widjaja (kanan). [istimewa] |
Komunitas Tionghoa di Indonesia berisiko menghadapi krisis penulis sastra Tionghoa muda.
Akibatnya, eksistensi sastra Tionghoa pun terancam.
Penulis yang juga pemerhati budaya Tionghoa di Cirebon, Jeremy Huang Wijaya mengungkapkan, penulis sastra Tionghoa saat ini didominasi kalangan lanjut usia (lansia).
"Penulis sastra Tionghoa sudah menjadi langka saat ini karenanya umumnya mereka sudah berusia 65 tahun ke atas," ungkap Jeremy Huang kepada Ayo Cirebon, Jumat, 12 Agustus 2022.
Menurutnya, langkanya bibit baru di kalangan generasi muda Tionghoa memicu situasi tersebut.
Saat ini, lanjutnya, tak banyak generasi muda Tionghoa yang menaruh atensi tinggi terhadap budaya Tionghoa.
"Karya sastra Tionghoa menghadapi hambatan berupa sulitnya mencari bibit baru di kalangan generasi muda. Tak banyak anak - anak muda yang mencintai sastra Tionghoa, bahkan budayanya sendiri," tutur Jeremy Huang.
Padahal, ada pepatah Tiongkok yang mengatakan, " 书面作品可以成为生活的灵感和动力" (Shūmiàn zuòpǐn kěyǐ chéngwéi shēnghuó de línggǎn hé dònglì) yang artinya karya tulisan dapat menjadi inspirasi dan motivasi kehidupan.
Dia menyebutkan, pada periode 1965 - 2005, para penggemar sastra Tionghoa suka membaca tulisan Lao Bing, seorang penulis sastra Tionghoa kelahiran Cirebon.
Nama asli Lao Bing adalah Tan Siauw Sien (Chen Xiauw Xien). Nama Lao Bing sendiri berarti Pejuang Tua.
Jeremy Huang mengenang, karya sastra Lao Bing memiliki kalimat indah, namun penuh makna.
"Sayang, pada 2005 Lao Bing meninggalkan kita semua sesudah mengikuti pertemuan Sastrawan Tionghoa di Bandung. Dia meninggal pada usia 68 tahun di RS Boromeus Bandung dan dimakamkan di Pemakaman Kristen Sunyaragi, Kota Cirebon, Jawa Barat," bebernya.
Selain penulis sastra Tionghoa, Lao Bing merupakan mantan guru sekolah Tionghoa, Chung Hua Swe Xiao di Cirebon (saat ini menjadi SMPN 10 Kota Cirebon).
Tak hanya itu, dia juga dikenal sebagai pendiri Mandarin Study Centre Cirebon.
Selain Lao Bing yang telah tiada, saat ini penulis sastra Tionghoa yang masih eksis adalah Tjutju Widjaja dari Bandung.
Tak hanya sebagai penulis sastra, Tjutju Widjaja juga dikenal aktif sebagai pelukis dan seorang dosen Institut Teknologi Bandung (ITB).
Baru - baru ini, melalui karya lukis kaligrafi mandarinnya berjudul Perempuan Kelenteng, Tjutju Widjaja mengikuti pameran Seni Rupa Manifesto Trans Posisi di Galery Nasional Jakarta yang diikuti 108 peserta.
"Nah, saya besama Tjutju Widjaja sempat mengikuti pertemuan para penulis sastra Tionghoa di Grand Cin Yen Pantai Indah Kapuk di Jakarta. Ketika itu, kami juga membahas soal langkanya penulis sastra Tionghoa muda," kata Jeremy Huang.
Saat itu, sambungnya, Ketua Perhimpunan Penulis Tionghoa (Yuan Ni), Jeanne Laksana mengemukakan, ada sekitar 700 penulis sastra Tionghoa di 15 kota di Indonesia, yang tersebar di Jakarta, Bandung, Cirebon, Medan, Pontianak, Pekanbaru, Lampung Garut, Semarang, dan Surabaya.
Di Cirebon sendiri, Lao Bing diketahui menjadi salah satu pendiri Perhimpunan Penulis Tionghoa.
Menurut Jeanne Laksana saat itu, seperti disampaikan Jeremy Huang, penulis sastra Tionghoa berusia 50 tahun sejauh ini belum sampai pada taraf sebagai sastrawan.
"Padahal, menurut Jeanne Laksana, sudah bertahun - tahun melatih mereka, tapi hasilnya masih sedikit karena untuk menulis saja masih banyak yang malas, apalagi mengarang," ungkap Jeremy Huang.
Mereka pun memandang, perlu peran aktif penulis sastra Tionghoa yang sudah berusia lanjut untuk membimbing kalangan muda supaya aktif menulis.
"Dengan begitu, akan lahir penulis - penulis sastra Tionghoa muda yang akan terus melestarikan budayanya," tegas Jeremy Huang.
SUMBER: https://www.ayocirebon.com/ikon/pr-944126628/komunitas-tionghoa-di-indonesia-hadapi-krisis-penulis-sastra-muda
No comments