Kisah Reksanews
Sebagai domain, reksanews sudah ada sejak 2009. Namun ia baru online ketika saya mendapat bantuan dari sejumlah pihak untuk melaksanakan pelatihan jurnalistik, 2011-2014, sebagai wadah atau outlet karya jurnalistik para peserta latihan tersebut. Inipun, sebagaimana disebut dan terbukti kemudian, tak berlangsung lama. Hanya sampai 2014 itu. Surutnya dana kegiatan yang saya miliki dan tuntutan hidup membuat para peserta harus mencari sumber penghasilan lain, semangat memelihara situs inipun menyurut dan hilang sama sekali. Akhirnya, situs inipun terbengkalai.
Puncaknya adalah pembajakan yang dilakukan pihak tak bertanggungjawab sehingga pihak perusahaan hosting terpaksa harus mensuspendnya karena ditakutkan pembajakan tersebut disertai dengan penyuntikan virus dan mungkin bisa menular ke file lainnya yang ada di server mereka.
Usaha menghidupkan kembali ternyata cukup sulit. Sebab utamanya, ya soal dana. Ketiadaan dana membuat saya tak bisa menemukan web desainer atau web developer. Terutama yang memiliki dedikasi dan profesionalisme tinggi, tapi mau dibayar murah. Sementara, untuk bisa online kembali mutlak diperlukan desain atau template baru sama sekali. Tak bisa tidak.
Sampailah pertengahan Maret 2018. Seorang anak muda yang sangat berbakat bersedia membuat desain web baru dengan harga kompromi, jauh lebih murah dibandingkan harga umumnya untuk kualitas dan lingkup pekerjaan yang ditanganinya. Namun, sampai batas waktu yang disepakati, pekerjaan dia tak jua selesai. Bahkan, sampai dua bulan kemudian. Sementara, hak-haknya sudah saya tunaikan sejak kesepakatan dicapai.
Akhirnya, pertengahan September 2018, sayapun mulai mengutak-atik sejumlah aplikasi terkait pembuatan website. Puluhan template WordPress gratisan saya unduh. Semua saya coba satu per satu, mencari desain yang pas dengan apa yang saya inginkan: Lebih merupakan sebuah blog, daripada sebuah situs berita -- walau sifat beritanya sendiri tidak hilang karena domain saya ini kadung menyandang kata "news".
Dan semua itu tak saya temukan. Bahkan, ketika saya mencoba membeli template semi premium.
Titik terang itu datang ketika, pertengahan awal November 2018, saya iseng membuka-buka Blogspot -- hal yang selama itu tak pernah saya lakukan, karena saya semata terpaku kepada platfrom WordPress. Walau juga sempat mengunduh dan mencoba belasan template, akhirnya saya temukan jua template ini. Tidak sepenuhnya sesuai dengan keinginan saya, sih -- watak "berat" dan "berita/news"-nya masih kuat terasa. Tapi, lumayanlah sebagai sebuah kompromi.
Terlebih lagi, dengan memilih platfrom Bloggspot/Blogger ini saya tak hanya terbebas dari biaya pembelian template atau desain. Tapi, juga dari biaya hosting. Entah apa dan bagaimana, website Blogspot yang gratisan bisa diakses dengan memakai nama/domain berbayar. Berbekal domain yang sudah ada, akhirnya reksanews bisa kembali "mengudara" seperti sekarang ini. Cukup dengan mengetikkan www.reksanews.com. Terimakasih untuk Kang Man Gusz Man yang memberitahu soal peluang ini. Tanpa info beliau, saya masih akan terus memakai penyalinberita.blogspot.com -- yang saya jadikan semacam dummy untuk reksanews.com.
Begitulah. Reksanews tak lebih dari sebuah kompromi. Kompromi dengan sejumlah kenyataan. Kenyataan, bahwa untuk membuat sebuah situs yang serius, yang "profesional", terlebih yang sifatnya berita, dibutuhkan SDM dan biaya yang lumayan -- bahkan untuk situs berita kelas tiga sekalipun. Kenyataan kedua, sebenarnya lebih merupakan harapan: Ternyata hal-hal berbau gratisan itu tak selamanya amatiran, ngasal, sontoloyo, bahkan amoral. Bisa lumayan juga.
Toh, dalam hal ini, isi atau kualitas - termasuk kuantitas dan kontinyuitas -- artikelnya yang lebih menentukan. Professionalisme tak akan lekang hanya karena perkara wadah. Setidaknya, itu pikiran yang ada dalam kepala saya.
Selain itu, reksanews juga kompromi dengan banyaknya situs pribadi (blog) yang terbengkalai. Tak semata terganggu oleh kegiatan lain yang dirasa lebih penting dari menulis, tapi karena kemalasan dan buntunya gagasan. Karenanya, situs ini dibuat atau dihidupkan kembali dengan pikiran dasar: Daripada bikin blog atau situs sendiri-sendiri, kenapa tidak membuat satu situs yang dimiliki/dikelola ramai-ramai? Dengan cara ini, selain menghemat bandwidth, situs itupun bisa terus hidup. Tak semata tergantung kepada satu orang. Kala kita malas atau buntu, ada orang lain yang mengisinya. Artinya, kitapun jadi banyak kawan. Atau, kita bisa lebih erat lagi berkawan -- karena mereka yang mengisi situs ini toh kawan kita juga, yang sudah kita kenal sebelumnya.
Berpegang kepada etika dan profesionalisme jurnalistik, reksanews sejatinya sebuah situs independen. Ia hanya memihak kepada akal sehat. Pun dalam hal pilihan sosial maupun politik. Independensi ini tak berarti setiap artikel atau berita yang ada di situs ini harus steril dari sikap pribadi penulisnya. Sikap dan pribadi penulis sangat diperkenankan, bahkan dalam artikel yang masuk dalam kategori berita. Hanya, sikap atau analisis tadi tetap berlandas pada akal sehat dan keberimbangan. Pada profesionalisme.
Sejalan dengan hal itu, situs ini tak hanya memuat artikel atau berita karya asli para pengelola atau kontributornya. Tapi, juga tak haram meng-copy paste artikel milik situs lain. Terlebih bila itu disertai dengan kreativitas dan ketrampilan menulis ulang, dengan tetap menyebutkan sumber bahan penulisannya -- baik di dalam tulisan maupun sejenis by line di bagian bawah tulisan, sebagaimana kami lakukan selama ini.
Walhasil, kendati amatiran, terkesan main-main, dan gratisan, artinya setiap penulis di sini tak dibayar, situs ini bukannya tak memiliki aturan yang mengikat setiap pihak yang terkait dengannya. Selain hal dasar menyangkut etika dan praktik jurnalistik, situs ini pun akan dilengkapi dengan pengurus atau pengelola lazimnya sebuah media. Baik dalam hal keredaksian maupun aspek "bisnis"-nya. Sehingga, di depan hukum dan urusan dengan pihak luar, ada institusi yang bertanggungjawab atau mewakili.
Aturan serupa juga terkait kartu pers atau kartu identitas. Setiap awak reksanews akan disertai kartu pers atau kartu pengenal. Walau, harus ditegaskan di sini: Pencetakan kartu tersebut dibiayai oleh masing-masing pemegang kartu. Demi menegaskan komitmen akan kebersamaan situs ini -- selain tentunya semangat gratisan dari inisiatiornya.
Hal lainnya, terkait iklan, yang diharapkan menjadi sumber penghasilan situs ini juga para penulis/kontributor/pengelolanya. Setiap penulis/wartawan/reporter dipersilahkan mencari iklan -- baik berupa "display" maupun artikel - dengan catatan: Setiap artikel iklan ditegaskan sebagai iklan atau pariwara dengan mencantumkan kata "Iklan" atau "Pariwara" dalam sebuah tanda kurung di akhir tulisan, walau artikel tersebut tak berada di rubrik iklan atau pariwara yang memang tak ada. Berapa nilainya? Sampai saat ini belum terpikirkan angka yang layak. Hanya, berapapun besarnya yang kelak kita sepakati, reksanews berhak mendapatkan 20% dari nilai tersebut. Ini selain "jasa" inisiator, jasa administrasi, sekaligus semacam uang rokok untuk admin reksanews.
Saya kira itu saja dulu yang bisa saya sampaikan di sini tentang reksanews. Daripada tambah ngelantur dan tak bermutu. Hal lain yang dianggap belum jelas atau belum disinggung, kita bicarakan selanjutnya. Mungkin sambil ngopi atau nonton medsos...
Salam saya,
Maman Gantra
Inisiator
No comments