TERBARU

Meningkatkan Kesehatan Pikiran

Trie Utami [pojokbandung]

Pandemi Covid 19 tak membuat musisi senior Trie Utami kehilangan produktivitas. Bersama sahabatnya, penyanyi Irianti Erningpraja, masa PSBB dan swa-karantina ini justru ia gunakan untuk melahirkan karya terbarunya: Kelompok musik Anuhyang, yang juga digenapi Pra Budidharma (basis dan komposer Krakatau) dan Uki Baz (programer dan komposer musik elektronik).
Namanya memang unik, menjanjikan genre musik yang juga tidak biasa. Dalam Bahasa Sunda, Anuhyang, bisa berarti “yang hilang” atau “yang menghilang”. Ia juga bisa lebih filosofis, dan eksotis, karena hilang di sana bukan semata hilang. Tapi, moksa dalam pengertian agama Budha atau Hindu. Ada makna yang lebih spiritual di sana.
Dan itu, rupanya, dibuktikan dengan lagu yang mereka luncurkan Jum’at ini, 26 Juni 2020, di kanal YouTube mereka. Hade Hate, demikian judul lagu tersebut, tak hanya merupakan Bahasa Sunda, yang artinya “baik hati”. Tapi, seluruh liriknya pun berisikan kalimat-kalimat berbahasa Sunda. Dan, lebih dari itu, juga musiknya yang berformatkan Etnic Electronic Dance Music (EEDM). Sempurnalah keunikan mereka.
Warna etnik yang kuat tak hanya ditunjukkan dengan nama band maupun judul dan lirik lagu. Tapi, juga musiknya. Dalam musik elektronik yang digubah Uki, tak pelak, kita merasakan pukulan taganing dan tiupan sarunai Batak. Lagu ini memang memilih khazanah irama Batak sebagai ritmenya.
Anuhyang [Anuhyang]

Kecenderungan “sinkretis” Tri Utami ini, pun kegandrungannya terhadap hal-hal berbau etnik atau Timur, sebenarnya tak mengejutkan. Itu sudah tercium sejak ia memilih bergabung dengan kelompok jazz Krakatau, sebuah nama yang sangat lokal di tengah masih maraknya supremasi nama-nama berbau Barat atau berbahasa Inggris kala itu, dekade 80-an. Belum lagi pengembaraan Iie, nama kecil Trie Utami, dalam dunia spiritual – sampai-sampai orang menulis bahwa ia menjadi seorang Hindu (dan Budha). Dan terakhir, setelah sempat memamerkan karya-karya lukisanya bersama pelukis Nasirun (2018), dan memainkan sebuah monolog (2019), ia juga menyerukan sejenis gerakan “back to nature” dan “back to tradition” atau “back to locality” – termasuk memberikan pelatihan yoga. Walhasil, Iie memang lebih tepat disebut “seniman” ketimbang seorang “artis”. “Kami ingin membantu meningkatkan kesehatan pikiran, mental dan spiritual publik,” ujar Iie, suatu kali.
Adakah musiknya kali ini masih dalam kaitan membantu meningkatkan “kesehatan pikiran” tersebut? Tak ada jawaban tegas dari Iie. Tapi, mendengar lirik dan musiknya, kitapun bisa memastikannya.
Selain Hade Hate, Iie dan kawan-kawan sebenarnya sudah menyiapkan sembilan lagu lainnya. Tapi, peluncurannya baru akan dilakukan beberapa bulan lagi. Ya, kita tunggu saja.

No comments