TERBARU

Sains dan Sport


Nirwan Arsuka, sastrawan, eseis, dan penggerak literasi. Sejumlah karyanya dimuat  International Journal of Asian Studies dan Inter-Asia Cultural Studies Journal.


- Untuk GM, Ulil, Sulak dan Hamid

Benarkah sains itu tidak berpikir, pongah dan mengagulkan diri?
Metode ilmiah, atau lebih luas lagi "metasains" yang dilembagakan oleh para saintis, adalah pengakuan akan keterbatasan sains, yang dengan tandas membantah semua tuduhan di atas. Metasains itu yang mencegah para saintis tulen mengkafirkan dan menyuruh bakar pihak lain yang berbeda pendapat dengannya.
Tapi untuk menghormati kawan debat, baiklah kita terima dulu saja tuduhan terhadap sains, tuduhan tua yang tak mampu memperbarui diri, dan yang yakin bahwa sains tak sanggup berproses mengoreksi dan melampaui diri. Sesekali mengalah bolehlah. Katakanlah sains memang pongah dan gemar mengagulkan diri. Terus kenapa? Dosa?
Kembali kita bisa belajar dari sport, khususnya dari tokoh yang diberi gelar "Sportsman of the Century" (Sports Illustrated) dan "Sports Personality of the Century" (BBC poll): Muhammad Ali.
Ali yang besar mulut itu memang menyebut dirinya "petinju yang paling ilmiah" di arena laga. Prestasinya yang tak tertandingi oleh petinju lain, bahkan oleh atlit manapun di abad 20 itu tentu saja dahsyat, tapi akan tampak jomplang jika dibandingkan dengan prestasi sains. Tidak sekelaslah. Tapi karena itu, kalimat-kalimat pongah dan mengagulkan diri yang dilontarkan Ali, akan cukup pantas jika dipinjam sebentar oleh sains, untuk main-main saja. Misalnya:
“Braggin' is when a person says something and can’t do it. I do what I say.”
“It's hard to be humble when you're as great as I am."
“If you even dream of beating me you'd better wake up and apologize.”
"I am the greatest, I said that even before I knew I was."
"I shook up the world. Me! Whee!"
"I’m not the greatest. I’m the double greatest. Not only do I knock ‘em out, I pick the round. I’m the boldest, the prettiest, the most superior, most scientific, most skillfullest fighter in the ring today.”
Kalimat-kalimat Ali ini jelas luar biasa pongah, namun bisa terasa menghibur, karena mengandung kejujuran yang brutal tanpa tedeng aling-aling. Ali memang pongah, tapi ia bukan pembual. Selain baris-baris yang bisa dituduh gemar mengagulkan diri, Ali juga dicatat meninggalkan kalimat ini:
"Only a man who knows what it is like to be defeated can reach down to the bottom of his soul and come up with the extra ounce of power it takes to win when the match is even."
Seperti Ali, sains juga bisa mencicipi rasa "kalah". Pandemi Sars-COV-2 itu membuat kedudukan sains kalah sementara. Tapi, seperti Ali yang tak gentar mempertahankan pendiriannya, para saintis pun akan terus berusaha "merogoh dasar jiwanya". Dan seperti halnya perjuangan Ali serta para atlit tulen lain, perjuangan sains juga bisa menujukkan "the beauty and the universal celebration of human spirit."

Sumber: https://www.facebook.com/arsuka01/posts/672973309926585

No comments