TERBARU

Menaklukkan Semak Belukar dan Jalan Berlumpur



Sebagai bagian peringatan Hari Pahlawan,  Kapolres Lhokseumawe berziarah ke makam Cut Meutia. Jalan ke kawasan tersebut dipenuhi semak belukar dan lumpur, proyek pembangunan jalan yang dirancang pemerintah baru selesai tahun depan.

Berziarah  ke makam Pahlawan Nasional Cut Nyak Meutia tidaklah mudah. Untuk menuju makam yang terletak di kawasan hutan lindung Gunung Lipeh, Ujung Krueng Kereuto, Pirak Timur, Aceh Utara, itu  belukar dan jalan berlumpur harus dilalui selama lima jam. Dan itulah yang harus dialami Kapolres Lhokseumawe, AKBP Henki Ismanto, S.I.K. bersama jajarannya. "Kalau melihat Google Maps, jarak Lhokseumawe-Taman Makam Pahlawan Cut Meutia hanya 85 atau 70 kilometer," kata AKBP Henki dalam keterangannya, 11 November 2022. "Tapi, ketika kita melakoninya, jaraknya seperti melar. Karena medannya yang sulit. Naik-turun, berliku, dan penuh semak serta berlumpur," tambah dia.

Napak tilas pria nomor satu di jajaran Polres Lhokseumawe ini  bermula ketika pihaknya melakukan rapat staf demi menyambut Hari Pahlawan 2022, September lalu. Terbetiklah, kenapa hari nasional itu tak juga diwarnai dengan ziarah dan memugar makam Cut Nyak Meutia? Sebagai upaya  mengenang dan mempelajari perjuangannya? "Setelah diputuskan kita akan berziarah, melakukan kunjungan di cagar budaya rumah Cut Meutia untuk mempelajari sejarah perjuangannya; tindakan selanjutnya adalah pembelian bahan dan alat untuk pemugaran makam Cut Nyak Meutia," kata AKBP Henki.

Sesuai dengan rencana, 22 Oktober 2022, Henki bersama sejumlah personel Polres Lhokseumawe berangkat dari Mapolres ke pos pertama, Gunung Angkop. "Tempat inilah jarak yang disebut Google bisa ditempuh dalam tempo 1,5 jam dari Lhokseumawe," kata Henki.

Dari Angkoplah, "perjalanan sesungguhnya" dimulai. "Perjalanan ke makam sangat sulit dilalui," kata Kapolres. "Selama lima jam perjalanan kita harus melewati gunung, bukit, hutan serta jalan yang berlumpur untuk sampai di pos kedua -- Jembatan Gantung. Setelah beristirahat selama 30 menit, perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki mengarungi sungai selama 45 menit sambil membentangkan Bendera Merah Mutih sepanjang 50 meter untuk sampai ke makam," kata Kapolres.

Henki, lulusan Akpol tahun 2004,  menyadari, bahwa perjuangannya bersama personel Polres Lhokseumawe untuk mencapai makam Cut Nyak Meutia itu  tidak sebanding dengan perjuangan Sang Mutiara Nusantara yang telah mengusir penjajah Belanda itu. "Medan dan kondisi yang dihadapi para pahlawan ketika itu tentu jauh lebih sulit dibandingkan apa yang kami rasakan kemarin," kata Henki. 

Karenanya, rasa lelah pun segera terbayar ketika rombongan tiba di makam Sang Pahlawan. Lantunan doa pun dibacakan. Kemudian, dilanjutkan dengan memasang prasasti dan sedikit pemugaran, lengkap dengan penancapan bendera merah putih di area makam.

Setelah rangkaian kegiatan itu selesai, personel pun bersiap-siap untuk kembali ke Lhokseumawe. Kendati tubuh tidak sanggup digerakkan lagi, tetapi terkalahkan dengan  rasa rindu rumah dan  keluarga yang sedang menunggu sehingga perjalanan yang penuh tantangan itu pun terlewati.


Cut Nyak Meutia salah satu pejuang Aceh dalam memperebutkan Kemerdekaan Indonesia.Sejarah kehidupan yang dilaluinya menjadi mutiara yang tetap kemilau di seluruh penjuru Nusantara. Cut Nyak Lahir di Keureutoe, 15 Februari 1870, Cut Nyak Meutia gugur dalam pertempuran di Alue Kurieng,  24 Oktober 1910. Kala itu usianya belum genap 40 tahun.

Dan, seperti banyak dialami sejumlah desa tertinggal di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam lainnya, kondisi jalan ke Taman Pahlawan Cut Nyak Meutia memang jauh dari layak. Pun ketika Alue Rimee, desa tempat makam pahlawan itu berada, telah ditetapkan sebagai Desa Wisata. Akses kendaraan yang ideal untuk menjangkau tempat itu adalah sejenis motor trail, sebagaimana kendaraan dinas para perawat makam. 

Sejak pertengahan tahun ini, pemerintah memang sudah mulai membangun jalan ke kawasan tersebut. Namun, seperti dikisahkan AKBP Henki, pembangunan jalan tersebut belum membuahkan hasil seperti yang diharapkan. Terlebih, proyek tersebut baru akan selesai tahun depan. Dengan menelan anggaran sebesar Rp 50 milyar.


Riga Irawan Toni (Aceh Utara)

No comments