TERBARU

Pak Soebroto

Prof.Dr.Soebroto. [istimewa/via solopos]
Oleh: Pardamean Ronitua Harahap, peminat masalah sosial dan politik yang pernah menjadi staf Menteri ESDM.

Pada awal tahun 2012 untuk pertama kali saya berkesempatan bertemu dan mengobrol ringan dengan beliau. 

Ketika itu almarhum tiba jauh lebih cepat dari waktu yang sebelumnya disepakati untuk bertemu Menteri ESDM. Menteri masih menerima tamu lain. 

Saya dan satu dua rekan yang lain ditugaskan atasan saya menemui dan mendampingi Bapak Subroto di ruang tamu khusus di lantai bawah sampai Menteri datang ke ruang itu. Karena almarhum sudah sepuh, Menteri beranggapan lebih baik saya nanti tidak mengantar almarhum ke lantai 2 lokasi ruang Menteri. Karena untuk mengakses lantai 2 hanya tersedia sarana tangga di bangunan cagar budaya itu. 

Kami mengobrol berbagai topik. Obrolan ringan. Kesan saya, almarhum ramah, termasuk terhadap orang yang baru dikenalnya yang bukan siapa-siapa. 

Saya manfaatkan pertemuan lebih dari 15 menit itu dengan banyak bertanya. 

Saya tanyakan juga kiatnya tetap segar berpikir sampai usia 88 tahun ketika itu. Saya tau usianya karena salah satu tugas saya menyiapkan biodata singkat orang yang akan ditemui atasan saya. 

"Baiknya saya jelaskan dulu apa itu umur. Ini sudah saya ceritakan di banyak kesempatan. Apa sudah pernah dengar?" 

"Belum pernah saya dengar, Pak," jawab saya. 

Almarhum menguraikan bahwa umur manusia terdiri dari umur kronologis (sesuai kalendar), umur biologis (sesuai kondisi sel tubuh) dan umur psikologis (sesuai suasana perasaan sehari-hari). 

Umur kronologis tinggal lihat saja di KTP. 

Umur biologis tergantung pola makan, pola tidur, pola kegiatan termasuk olahraga. Ada orang yang umur kronologisnya 75 tahun, tapi umur biologisnya masih tergolong rata-rata 50 tahun lebih. 

Umur psikologis tergantung perasaan kita. Kalau kita merasa sudah tua dan tidak bersemangat, ya umur psikologos kita tua. 

"Menurut Pak Subroto, berapa umur biologis dan umur psikologis Bapak sekarang?" tanya saya lagi. 

Almarhum menjawab dengan nada bercanda. Disebutnya suatu angka. Saya sudah lupa berapa angka itu. Tapi yang jelas angka yang agaknya sengaja dikecilkannya. Kami tertawa. 


Selamat beristirahat, Bapak Subroto, di alam baka di keabadian. Mulailah kembali 'perjalanan umur' yang baru di sana di dalam kedamaian dan keindahan, Bapak Subroto. 

Catatan Redaksi: Prof.Dr.Soebroto,  Menteri Pertambangan dan Energi Indonesia era Presiden Soeharto dan mantan Sekjen OPEC, meninggal dunia dalam usia 99 tahun, pada Selasa, 20 Desember 2022.

No comments