TERBARU

Plagiasi Lukisan "Sunyi di Lembah Harau"

"Sunyi di Lembah Harau" karya Nisan Kristiyanto (2016).

Ini status receh. Tapi saya ingin mengungkapkan di sini, minimal, untuk menggugah ingatan saya sendiri.

Semalam saya sejenak terkesiap melihat sebuah foto lukisan di TL Instagram. Sebuah lukisan yang menggambarkan panorama Lembah Harau di Sumatera Barat yang terkenal itu. Dalam detik-detik berikutnya saya langsung teringat pada lukisan seniman senior, Pak Nisan Kristiyanto, yang nyaris sama persis visualisasinya.
Lukisan Pak Nisan saya ikutkan pada sebuah pameran di galeri baru di Serpong, Tangerang pada tahun 2017. Judulnya Sunyi di Lembah Harau. Saya tentu ingat karena puluhan seniman yang ikut itu hampir semuanya saya hubungi satu persatu, saya pilih atau memilih bersama dengan si seniman karya-karya yang hendak dipamerkan. Dan lukisan Lembah Harau-nya Pak Nisan itu salah satu yang masih membekas dalam file ingatan saya.
Apalagi karya tersebut, menurut sang seniman, tidak serta-melukis begitu saja. Namun dengan proses mengamati dan mengalami langsung ke sumber gagasannya, yakni sepotong lanskap indah di salah satu sudut seberang Lembah Harau. Pak Nisan sempat mengunjungi situs itu pada tahun 2014. Dan lukisan itu menjadi artefak ingatannya atas situs indah tersebut. Saya kebetulan juga pernah mengunjungi lembah itu pada tahun 2002, dan berdiri kira-kira persis dengan sudut pandang lukisan pak Nisan itu dikreasi.
Bagi seniman, proses mengalami dan terlibat langsung dengan objek karya mimesis semacam itu menjadi penting. Kata almarhum maestro Widayat, karya yang dibuat akan terasa lebih "greng" ketimbang sekadar berfantasi dalam ruang ingatan yang kosong.
Terasalah kemudian ketika saya menyaksikan lukisan di Instagram itu. Ini bukan (saja) perkara kemampuan teknis yang berbeda kelas (maaf), namun lebih karena pengalaman menyerap objek di lapangan sebagai sumber gagasan visual (sekali lagi: secara mimesis).
Dari foto hasil bidikan Pak Nisan dan membandingkan dengan karya lukisnya terlihat bahwa ada upaya untuk melakukan filtrasi atas objek di lapangan. Lembah itu terasa hening, senyap dan anggun karena tak banyak keriuhan rumah yang ada di bawah lembah. Ada proses filtrasi dengan menyisihkan keriuhan rumah dan kemudian menyisakan satu gubuk biru muda nun di sana.
Hamparan padi tampak luas menguning seperti hendak siap dipanen dalam seminggu ke depan. Pak Nisan mencoba memberi detil haris horizontal pada hamparan padi yang menguning tersebut. Mungkin itu penanda ada pematang yang menggarisbatasi antara bentang sawah "di sini" dan " di sana".

Lukisan yang diduga kuat hasil plagiasi terhadap "Sunyi di Lembah Harau" (2016).

Sementara pada lukisan yang saya lihat di Instagram ini, awalnya, saya tetap berpikiran positif bahwa pelukisnya mungkin menemu foto dengan objek yang sama. Tapi setelah melihat di dalamnya ada: (1) sebuah gubuk biru muda, dan (2) garis horizontal pada hamparan padi menguning, berikut (3) perspektif bukit besar di latar depan dan bukit kecil di kejauhan yang nyaris serupa dan sebangun, bisa diduga sumber gagasan lukisan itu berasal dari lukisan Nisan Kristiyanto.
Agar lukisan itu terlihat tidak mentah-mentah melakukan duplikasi atau plagiasi atas karya Nisan, lalu diberilah citra kumpulan manusia di antara bentang sawah yang menguning tersebut. Tapi keberadaan citra orang-orang itu juga aneh. Apakah dia sedang menyeberangi sawah? Tentu tidak logis. Apakah mereka para petani yang sedang memanen padi? Lucu juga karena mereka seperti begitu saja muncul di tengah-tengah sawah, sedangkan hamparan padi di belakang mereka masih tampak utuh, tidak rusah seperti layaknya tanaman padi yang usai diani-ani atau dipanen.
Tapi ya sudahlah. Dalam dunia kreatif tampaknya tetap membutuhkan imajinasi yang memiliki pijakan dan dasar. Bukan kehampaan yang pada karya seni mimesis kadang kesulitan menemukan jalan bernalarnya. Saya hanya bisa menduga-duga, seniman yang basis pengalaman, pengamatan dan keterlibatannya dengan objek serta sumber gagasannya kuat akan terus berkarya merunuti garis dan detak kreativitasnya. Sementara pada peniru dan followers akan terus mereduplikasi di level kulit kreativitas, bukan di kedalamannya yang substansial. Sepertinya begitu.
Sekian status receh saya. Terima kasih.

Kuss Indarto
Kurator dan Penulis Senirupa

No comments