TERBARU

Raden Mas yang (Nyaris) Tak Pernah Ada


Oleh: Adi Prakoso*)

Di negeri yang bangga menghafal tanggal lahir pahlawan tapi lupa nama anaknya, mari kita angkat topi untuk seorang tokoh yang kehadirannya sepi tepuk tangan: Raden Mas Soesalit Djojoadhiningrat, satu-satunya putra dari Ibu Kita Kartini. Ya, betul, Kartini yang itu—yang wajahnya lebih akrab dari wajah anggota keluarga sendiri setiap April.

Namun, siapa peduli dengan putranya? Negara ini punya tradisi kuat: jika ibunya pahlawan, anaknya cukup bangga saja. Jangan macam-macam minta diingat.

Soesalit, yang konon meneruskan semangat ibunya, bahkan sempat terlibat aktif dalam militer dan perjuangan bangsa. Tapi tentu saja, dibanding kutipan "Habis Gelap Terbitlah Terang" yang entah berapa kali dijadikan caption Instagram saat Hari Kartini, nama Soesalit terlalu panjang, terlalu Jawa, terlalu tidak kekinian.

Kita, sang pewaris semangat emansipasi yang suka selfie berkebaya dan mengunggahnya dengan tagar #KartiniDay2025, lupa bahwa Kartini bukan hanya surat dan cita-cita. Ia juga seorang ibu. Dan Soesalit bukan hanya hasil biologis, tapi simbol bahwa perjuangan tak berhenti di makam. Hanya saja, sejarah memilih diam, dan kita memilih sibuk mencari outfit kebaya terbaik untuk lomba kostum.

Ironis, bukan? Negeri yang bangga dengan pahlawannya, justru jago menyembunyikan siapa yang hidup setelahnya. Mungkin karena lebih mudah menghafal nama jalan daripada memahami siapa yang dilupakan.

Jadi, mari kita beri penghormatan kecil—sekali saja—untuk sang anak yang tak pernah jadi soal ujian, tapi tetap bagian dari cerita besar: Raden Mas Soesalit, sang putra Kartini yang bahkan Google harus berpikir dua kali sebelum mengingatnya.

*) Pengacara dan kontributor reksanews.


No comments